Assalamualaikum wR wB
Sumber: www.wildanhasan. blogspot. com
"Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa,
sebagaimana juga telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian supaya
kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa." (Q.S. Al-Baqarah/2: 183)
Suatu ketika direktur perusahaan di tempat anda bekerja memanggil anda ke
kantornya. Ia memberitahukan bahwa berkat prestasi kerja anda selama ini,
anda akan dipromosikan untuk menduduki jabatan yang prestisius. Namun dengan
satu syarat, pekan depan anda harus mengikuti seleksi kerja satu bulan
penuh. Seleksi yang setelah anda tanyakan ternyata relatif ringan bahkan
dengan bonus yang menggiurkan. Bagaimana tidak hanya dengan melakukan kerja
yang standar anda akan dapat bonus 10 kali lipat bahkan sampai 700 kali
lipat. Ternyata itu belum seberapa, anda pun dijanjikan jika berhasil
melewati seleksi tahap akhir dengan predikat sangat memuaskan maka anda akan
diberikan jaminan kebutuhan hidup selama 83 tahun lebih. Wow! Sangat
menggiurkan.
Anda pun jelas, sangat menunggu-menunggu waktu itu tiba, anda begitu hanyut
dalam kerinduan penantian. Anda merasa waktu berjalan sangat lamban, lebih
lamban dari siput pinggir sawah pak tani. Anda heran melihat jarum jam
seolah berdetak malas-malasan, padahal baterainya baru anda ganti dua hari
kemarin. Aaah.
Pun perbekalan telah anda siapkan sepulang dari kantor direktur anda, bahkan
telah anda cek berulang-ulang khawatir ada yang terlewat dari catatan anda.
Skill kerja anda yang telah lama menjadi decak kagum partner kerja anda,
makin anda asah jauh lebih berkilat daripada zamrud dari India sekalipun.
Bahan-bahan dan petunjuk kerja telah anda pelajari berulang-ulang, bahkan
istri anda mengira anda telah jatuh hati pada buku-buku itu dan
menjadikannya istri muda anda. Amboi, kerinduan memang memabukkan.
Pembaca, kiranya sudah mulai pahamkah anda akan saya bawa kemana arah cerita
ini? Tentu sebagai muslim yang cerdas anda akan sontak menjawab "Inilah
Ramadhan yang akan kita tempuh sepekan lagi."
Ya, inilah Ramadhan. Bulan yang selain gaji tetap akan didapatkan juga bonus
10 hingga 700 kali lipat. Bahkan jika prestasi seleksi amalan di bulan ini
konsisten sampai akhir, maka bonus pahala 1000 bulan (83 tahun lebih) bisa
anda raih.
Bulan yang telah Allah informasikan kepada anda 1500 tahun yang lalu, tidak
seperti direktur anda yang memberikan informasi hanya sepekan sebelum hari
H. Jelas sekali persiapan dan perbekalan anda akan jauh lebih paripurna.
Aneh nian, jika anda masih ragu dan gagap saat Ramadhan tiba padahal anda
punya waktu 11 bulan untuk bersiap-siap menyambutnya. Bahkan anda sudah
mengetahuinya sepanjang hayat anda.
Lihatlah para shahabat Rasulullah saw., manusia-manusia langit itu luar
biasa gembira menyambut Ramadhan dan luar biasa pilu ditinggal Ramadhan.
Mereka berharap setahun itu bulannya adalah Ramadhan semua. Layaknya anda
yang begitu meluap kegembiraan saat bulan seleksi itu tiba menghampiri anda.
Kegairahan memuncak untuk menelusuri satu ibadah yang Allah berkenan
memberikan pahala melimpah-limpah secara langsung.
Allah menyeleksi manusia, kira-kira manusia macam apakah yang akan sanggup
melaksanakan aturannya yang ini. Ternyata Allah mengatakan "Wahai
orang-orang yang beriman", duhai berbahagialah orang yang beriman kepada
Allah kerena mereka lulus seleksi, yang bukan hanya mengaku Islam, karena
predikat muslim saja tidak cukup layak mengikuti lomba super hebat di bulan
Ramadhan. Mereka tidak akan mampu, akan kepayahan.
Mereka, yang hanya Islam saja, sebagaimana sudah Rasulullah ingatkan "Betapa
banyak orang yang shaum namun tidak mendapatkan apa-apa dari shaumnya
kecuali rasa lapar dan dahaga."
Mereka tidak tahan untuk tidak makan minum, tidak tahan untuk konsisten
shalat tarawih, tidak tahan berlama-lama membaca al-Qur`an, tidak tahan
untuk tidak mencaci orang lain, tidak tahan berbaik sangka kepada orang
lain, tidak tahan untuk membatasi apa yang dia makan saat berbuka dan tidak
tahan untuk tidak berhura-hura saat malam 'Iedul Fithri padahal itu
berpotensi menghapus seluruh pahala Ramadhan yang susah payah ia kumpulkan.
Memang nyata, kita belum seperti para shahabat Rasulullah saw., mungkin anda
atau saya bahkan merasa biasa-biasa saja dengan datangnya Ramadhan. Atau
yang lebih celaka, justru khawatir dan takut menjalani Ramadhan.
Na'udzubillah. Yang menyambut gembira Ramadhan adalah orang beriman, yang
menyambut dengan ekspresi datar agak berat mungkin fasiq, yang malah takut
dan khawatir bisa jadi munafiq atau bahkan kufur.
Baiklah, ternyata bagi yang merasa berat, Allah telah sebutkan bahwa
kewajiban shaum itu "telah diwajibkan juga kepada orang-orang sebelum
kalian," kalau umat-umat terdahulu saja sudah diwajibkan shaum lalu kenapa
kita harus merasa berat seolah-olah hanya kita saja yang diberikan 'beban'.
Maka bagi siapa saja yang merasa terbebani oleh kewajiban shaum, sungguh ia
hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja tanpa mendapatkan saripati dari
ibadahnya sedikitpun. Sia-sia
Orang yang beriman dan bersabar tanpa terbebani akan dengan mudah
mendapatkan saripati ibadah shaum Ramadhan sebagaimana target shaum itu
sendiri yakni "supaya kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa," kata Allah.
Taqwalah puncak prestasi keimanan tertinggi, yang Allah tegaskan bahwa insan
paling mulia disisi-Nya adalah insan yang bertaqwa.
Taqwa adalah juga konsistensi. Seorang shahabat bertanya kepada Rasulullah
"nasehatilah aku yang tidak akan aku minta lagi kepada orang lain." Rasul
menjawab: "katakanlah: aku beriman kepada Allah, lalu konsistenlah kamu
dalam keimanan itu." Iman plus konsistensi adalah taqwa. Maka ciri orang
yang sukses meraih predikat taqwa dari ibadah Ramadhan adalah konsistensi
ibadahnya di bulan-bulan lain sama seperti yang dilakukannya di bulan
Ramadhan.
Shaum Ramadhan adalah start bukan final, adalah awal bukan akhir dari
perjalanan ibadah sepanjang hayat kita. Maka tidak ada hari kemenangan bagi
yang melaksanakan ibadah Ramadhan dengan biasa-biasa saja, yang asalkan
tidak makan, minum dan bersenggama. Sementara hewan pun jika hanya sekedar
itu mampu melakukannya.
Shaum Ramadhan adalah ibadah yang berfungsi sebagai charger untuk on-nya
ibadah disebelas bulan berikutnya. Adalah mengerikan, orang berduyun-duyun
di akhir Ramadhan merayakan hari kemenangan, sementara mereka sudah tidak
lagi berpuasa. Kembali ke kulit palsunya yang mereka tahu bahwa itu palsu.
Memang benar, orang paling bodoh adalah orang yang tahu bahwa dirinya tidak
tahu namun sok tahu seolah-olah dirinya tahu. Benarlah, hanya yang beriman
dan bersabar dalam ibadah Ramadhan lah yang akan diampuni dosa masa lalunya.
Kemenangan sebenarnya dari Ramadhan ditentukan oleh sebelas bulan
berikutnya. Tarawihnya di bulan Ramadhan berlanjutkah dalam tahajud di bulan
berikutnya, tilawah Qur'annya di bulan Ramadhan berlanjutkah di bulan
berikutnya, zakatnya di bulan Ramadhan berlanjutkah di bulan berikutnya,
dermawan dan pemaafnya di bulan Ramadhan berlanjutkah atau kembali menjadi
bakhil dan pemberang selepas bulan itu?
Jika hal-hal di atas tidak terwujud, jangan salahkan jika ibadah kita tidak
membawa dampak positif. Allah sendiri mencela orang shalat sebagai pendusta
agama, yang shalat dalam keadaan lalai. Saat seharusnya shalat membuahkan
proteksi atas perbuatan keji dan mungkar, namun anda, saya dan kita masih
menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin.
Bahkan Ramadhan kita kali ini, seharusnya tidak lagi menyantuni orang miskin
yang sama, yang dulu kita serahkan zakat kita kepadanya. Tidak lagi, karena
orang miskin itu tidak mau menerimanya, ia telah merasa mampu dari hasil
pemberdayaan ekonomi melalui zakat kita di Ramadhan sebelumya.
Mampukah Ramadhan kita kali ini membuahkan hasil, paling tidak membuat
petugas pembagi zakat menangis tersedu-sedu karena mereka ditolak dari pintu
ke pintu, sebagaimana petugas pembagi zakat di zaman khalifah Umar bin Abdul
Aziz. Semua menutupnya karena telah berdaya, harga dirinya terangkat untuk
tidak terus menerus menjulurkan telapak tangan.
Sayangnya kita belum, bahkan kita secara tidak langsung melestarikan
kemiskinan. Betapa tidak, kita berzakat ke orang yang sama selama
bertahun-tahun. Membuat mereka haqqul yaqien bahwa zakat adalah rezeki
pokoknya tanpa harus berpeluh-peluh.
Allahumma sallimnii Ramadhan, wa sallim Ramadhana lii mutaqabbalan
Kayutsha Kalashinov
No comments:
Post a Comment