Assalamualaikum wR wB
Kontribusi lagi dari saudara Akhrudianto
“Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lain;
kehidupanmu sebelum datang kematianmu, kesehatanmu sebelum datang
penyaitmu, kekosonganmu sebelum datang kesibukanmu, masa mudamu sebelum
datang masa tuamu dan kekayaanmu seblum datang kemiskinanmu. (H.R.
Hakim)
Sahabat, ‘Nanti’ adalah sebuah kata yang berarti ‘penundaan’. Kalimat
ini kerap kita ungkapkan dalam setiap aktivitas yang belum
terselesaikan. Boleh jadi, kalimat ini tak terlalu salah kita ungkapkan
setelah sebelumnya berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan. Tetapi
jika berkaitan dengan sebuah kewajiban yang harus segera kita lakukan,
maka kalimat '‘nanti’ ini akan berdampak kepada sikap menganggap remeh
pekerjaan. Ketahuilah; diantara kewajiban kita terhadap hari-hari yang
terlewati adalah mengisinya dengan ilmu dan amal sholeh, karena hidup
kita bukanlah besok atau juga kemaren, tetapi hidup kita adalah hari
ini. Karena ‘kemaren’ adalah waktu yang tak akan kembali dan ‘besok’
adalah waktu yang tak pernah kita ketahui.
Penting untuk kita renungkan, sebuah tulisan seorang pengembara; ia
adalah Muhammad bin Samrah. Kepada sahabatnya ia menulis surat;
“Hai saudaraku…!, jauhilah dirimu dari menunda pekerjaan.
Jagalah ! jangan sampai hal itu bersarang di dalam hatimu.
Menunda pekerjaan berarti bersahabat dengan kerusakan,
karena itulah adalah tempatnya kemalasan.
Menunda pekerjan berarti memutuskan cita-cita
dan penyia-nyiaan terhadap umur.
Jika kamu berbuat demikian, itu akan menjadi kebiasaanmu.
Jauhilah ragamu dari kebosanan yang telah berpaling darimu,
Karena itu tidak mendatangkan manfaat bagi jiwamu.
Hai Saudaraku…!, kamu akan selalu gembira, bila pekerjaanmu
telah kamu lakukan atau kamu akan menyesal bila kamu melalaikannya.
Saudaramu Sahabat, siapakah yang dapat menjamin seseorang dapat hidup
hingga esok hari. Secanggih apapun ilmu yang kita dapati, tak akan
mampu menahan kematian yang menghampiri. Sebanyak apapun harta yang
kita miliki, tak akan mampu membeli sebuah nyawa yang sudah diakhiri
dan sehebat apapun kekuasaan yang telah kita raih, tak akan bisa
mempengaruhi ketentuan ilahi. Karenanya, merupakan satu keberuntungan,
bila kita segera mengerjakan kebaikan dan menunaikan kewajiban. Dan
merupakan suatu kelemahan atau kerugian, jika kita menundanya sehingga
kesempatan berakhir.
Oleh karenanya sahabat, lepaslah belenggu ‘nanti’ dalam diri, sebab
keberadaannya hanya akan mendatangkan penyesalan panjang dalam hati.
Satu waktu; Umar bin Abdul Aziz dalam kelelahan karena begitu banyaknya
pekerjaan, ia mengungkapkan; “Pekerjaanku satu hari saja telah
membuatku menjadi letih, bagaimana kalau pekerjaan dua hari dikumpulkan
menjadi satu…?.
Sahabat, kita merasakan penyesalan yang teramat dalam bila kita secara
teledor menunda-nunda pekerjan yang seharusnya terselesaikan. Karena
dengan membiasakannya, kita akan menghadapi beban berat karena
bertambahnya pekerjaan. Terlebih ketika yang kita tunda adalah
kewajiban melaksanakan taat dan menunda untuk bertaubat dari perilaku
maksiat. Semakin kita biarkan hati berselimut maksiat, maka akan
semakin sulit membersihkannya karena sudah terlanjur berkarat.
Karenanya, segeralah bertaubat sebelum terlambat. Jangan biarkan hati
tertambat pada prilaku maksiat, karena hidup tak akan terasa nikmat
bila tak ada taat, di dunia tak mendapat rahmat dan tak mendapat tempat
yang layak di akhirat . Ahmad bin Athaillah menasehati: “ Penundaanmu
akan semua amal (kebaikan) karena menanti adanya waktu senggang
termasuk dari kebodohan-kebodohan jiwa”.
“YA Allah, jadikanlah sebaik-baik dari umurku adalah akhirnya,
sebaik-baik dari pekerjaanku adalah penutupannya dan sebaik-sebaiknya
hari-hariku adalah hari aku menghadap Engkau.”.
aslm, mantap bang isinya syukran wasslm
ReplyDelete