Thursday, July 30, 2009

Bahagia Karena Bertawakkal

Bismillahirrahmanirrahiim,

Assalamualaikum wR wB

Allahu swt telah menjelaskan didalam al-Quran mulia berbagai-bagai kunci kesuksesan dan kebahagiaan untuk “sang khalifah”. Jikalah harta itu harus didapati dengan usaha yang gigih dan bersusah-susah, maka kesuksesan didunia dan akherat itu juga mestilah harus ada sebab jalan penyampai kepadanya, berpegang teguh kepada tali-tali ke-Tuhanan dan yang demikian itulah jalan-jalannya.

Diantara jalan-jalan kebahagiaan yang telah Allah swt bentangkan kepada “sang khalifah” yaitu berpegang kepada prinsip TAWAKKAL.

Perkataan tawakkal diambil dari asal kata wakala yang bermaksud menyerahkan atau mewakilkan, yaitu menyerahkan ataupun mewakilkan suatu urusan kepada seseorang. Tetapi perkataan tawakkal digunakan dalam urusan berserah diri seorang hamba kepada Allah swt Sang Pencipta dirinya.

Tawakkal merupakan kunci utama bagi umat manusia untuk mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman hidup. Karena dengan berserah diri kepada Allah swt, maka seseorang itu tidak perlu khawatir akan apa yang berlaku yang menimpa dirinya. Dia telah mengikhlaskan dirinya kepada Allah swt dalam setiap urusan kehidupannya sehingga tenanglah jiwanya, karena dia menyadari hanya Allah swt saja yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan. Dia sadar benar akan sabda Rasulullah saw yang mengatakan :

قال رسول الله لعبد الله بن عباس رضي الله عنهما يا غلام إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك وإن اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك

Bermaksud :

“Telah bersabda Rasulullah saw kepada ibnu Abbas ra, “wahai anak aku ajarkan engkau kalimat-kalimat, jagalah (ingatlah) Allah maka Dia tentu akan menjaga kamu, jagalah Allah niscaya dia ada dihadapanmu, jika kamu meminta-minta, (maka) mintalah kepada Allah, dan jika kamu memohon pertolongan, (maka) pintalah pertolongan kepada Allah, dan ketahuilah seandainya suatu umat telah berkumpul untuk memberikan suatu kemanfaatan kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat meyampaikannya melainkan apa-apa yang telah Allah tentukan terhadapku, dan sekiranya telah berkumpul suatu umat untuk membahayakan akan dikau, niscaya mereka tidak akan dapat melakukan itu melaikan apa-apa yang telah Allah swt tentukan terhadapmu”. (H.R. Tirmizi)


Dia itu tidak meyakini segala kerenah manusia disekelilingnya, yang meyakini akan kebenaran rasi bintang-bintang, karena dia menyadari bintang-bintang yang bertebaran diatas sana hanyalah ciptaan Allah swt yang tidak dapat memberikan kemudaratan baginya, dia juga tidak menghiraukan manusia yang sibuk mengenal tarikh lahir, karena dia meyakini tarikh lahir itu tidaklah dapat memberikan kebaikan ataupun keburukan terhadap dirinya. Dia tidak pula mempedulikan oarng-orang yang berduyun-duyun mendatangi tukan sihir atau dukun ataupun bomoh untuk meminta-minta petunjuk (wangsit). Yang dia yakini jauh didalam sanubarinya bahwa seluruh kebaikan dan keburukan yang akan menimpa dirinya hanyalah atas izin dan kehendak Allah swt juga.

Dahulu ketika “penulis” baru keluar dari kampung halaman, seorang ustaz telah memberikan saya secebis azimat yang tertulis diatas sehelai kertas yang disimpan didalam plastic putih, saya diminta agar kertas itu senantiasa dijaga dan dibawa kemanapun saya pergi. Demikianlah saya menjaga dan membawa azimat itu kemana kaki ini melangkah.

Pada suatu hari saya merasakan kegelisahan, karena terkadang terlupalah akan azimat itu, demi mendengar wasiat sang ustaz itu, maka terpaksalah diri ini harus kembali kerumah untuk mengambilkannya. Saya merasakan kegelisahan saya bertambah-tambah karena saya merasakan tiada rasa aman jika saya tidak membawanya bersama.

Pada suatu ketika terfikirlah oleh akan daku akan hadis diatas tadi dan bertanyalah diriku kepada hatiku, mengapa harus daku dikekang oleh benda kecil ini? Mengapa tidak berserah diri kepada Allah swt saja? Bukankah senang jika berserah diri kepada Allah, tak perlulah diri ini dipermaikan oleh benda kecil ini. Maka dengan mengucapkan bismillah plastic putih yang berisi azimat itu saya buka dan saya mencoba untk memahami tulisannya yang bertuliskan Arab, tetapi ternyata dia bukanlah ayat-ayat al-Quran dan bukan pula dia seuntai hadis Rasulullah saw. Maka tiada yang dapat daku fahami akan tulisan itu melainkan daku serahkan kepada api sebagai penghapus kegelisahan batinku.

Alhamdulillah hingga saat ini saya merasakan merdeka, terlepas dari ikatan-ikatan yang membuat rusing fikiranku yang membuat gelisah bathinku.

حسبي الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير

"Cukuplah Allah swt sebagai wakil (penjamin), Dialah sebaik-baik sembahan dan sebaik-baik penolong".

Allah swt berfirman dialam surah Ali Imran ayat ke 160 :

(إِن يَنصُرْكُمُ اللّهُ فَلاَ غَالِبَ لَكُمْ وَإِن يَخْذُلْكُمْ فَمَن ذَا الَّذِي يَنصُرُكُم مِّن بَعْدِهِ وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكِّلِ الْمُؤْمِنُونَ) (آل عمران : 160 )

"Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal". (Q.S. Ali Imran : 160)

Keutamaan bertawakkal

Diantara keutamaan berserah diri kepada Allah swt telah saya coba untuk menghimpun beberapa ayat dan hadis rasulullah saw

Pertama : Tawakkal kepada Allah swt merupakan sikap utama seorang yang beriman.

(وَاتَّقُواْ اللّهَ وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ) (المائدة : 11 )

“Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu bertawakkal”. (Q.S. Al-Maidah : 11)


Kedua : Tawakkal lambang benarnya keimanan

(وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ) (المائدة : 23 )

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (Q.S. Al-Maidah : 23)

(إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ) (الأنفال : 2 )

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (Q.S. Al-Anfal : 2)


Ketiga : Allah swt akan pelindung orang-orang yang bertawakkal


(وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ فَإِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ) (الأنفال : 49 )


"Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (Q.S. Al-Anfal : 49)


Keempat : Allah swt Penjamin orang-orang yang bertawakkal


(وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ) (الطلاق : 3 )

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya”. (Q.S. Al-Thalak : 3)

(وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلاً) (الأحزاب : 3 )

“Dan bertawakkallah kepada Allah dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara”. (Q.S. Al-Ahzab : 3)

Rasulullah saw bersabda :

عن عمر بن الخطاب ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم ، يقول : " لو توكلون على الله حق توكله ، لرزقكم الله كما يرزق الطير ، تغدو خماصا ، وتعود بطانا

“Daripada Umar bin al-Khattab ra : saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda “seandainya engkau bertawakkal kepada Allah swt dengan sebenar-benar tawakkal, tentulah Allah swt akan memberikan rezeki kepadamu sebagaimana diberikan rezeki burung, mereka keluar dipagi hari (dari sarangnya) dalam keadaan perut kosong dan mereka kembali dipetang hari kesarangnya dalam keadaan perut kenyang”. (H.R. Ibnu Hibban)

Kelima : Syaitan tidak berkuasa keatas orang-orang yang bertawakkal

(إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ) (النحل : 99 )

“Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaanNya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya”. (Q.S. Al-Nahl : 99)

Ketika manusia dilahirkan kemuka bumi, maka lahir juga bersamanya kemuliaan-kemuliaan dan keutamaan-keutamaan. Dirinya telah lahir maka lahir juga “sang khalifah” Allah itu. Allah swt telah menentukan dirinya sebagai hamba-Nya dan Allah swt telah berjanji akan menjaga dan memenuhi keperluannya dan yang demikianlah seperti yang tertulis dilauh mahfuz, bahwa seseorang itu telah ditentukan segalanya.

Berbahagaialah sang khalifah itu, karena Allah swt tuhannya berjanji kepada zat-Nya sendiri, yang menyatakan Dia tidak akan menzhalimi siapapun yang menjadi hamba-hambanya.

Bukan rasi bintang itu yang akan membentuk nasibmu, bukan tarikh lahir itu yang akan membentuk kepribadianmu. Bukan ciptaan-ciptaan itu yang akan menentukan jalan hidupmu, tetapi dirimu juga yang akan menentukan senang susahnya alur ceritamu. Demikianlah wasiat Allah swt didalam al-Quran surah al-Anfal ayat ke 53 :

(ذَلِكَ بِأَنَّ اللّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّراً نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمْ وَأَنَّ اللّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ) (الأنفال : 53 )

“(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Q.S. Al-Anfal : 53)


Begitu juga janji Allah swt didalam surah al-Ra’d ayat ke 11:

(لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ) (الرعد : 11 )

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Al-Ra’d : 11)

Saudaraku, Islam ini indah dan Allah itu Maha Pemurah, maka apa sebabnya kita masih juga mencoba berlari dari nikmat-nikmat-Nya?

Jika berpegang akan dikau kepada tali-talinya, maka dirimu tidak akan pernah terjatuh, namun jika engkau lepaskan tali-talinya itu, maka engkau akan terjatuh dan sakitlah jiwa dan raga karenanya.

(وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَن يَعْتَصِم بِاللّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ) (آل عمران : 101 )

“Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (Q.S. Ali Imran : 101)


Meyakini ramalan rasi bintang ataupun tarikh lahir dan yang sejenis dengannya lambang rosakknya iman

Saudaraku, yang Maha Mengetahui itu hanyalah Allah swt, dan tidak satupun dari makhluknya yang dapat mengetahui perkara yang ghaib melainkan Dia saja.
Masa hadapan itu perkara ghaib, rezeki itu perkara ghaib, senang susah itu perkara ghaib, jodoh itu perkara ghaib, kematian itu perkara ghaib dan tidaklah semua makhluk mengetahuinya melainkan Allah swt saja yang dapat mengetahuinya.


(وَلِلّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ) (هود : 123 )

“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Hud : 123)


Kita tidak diperintahkan untuk memeriksa perkara-perkara itu tetapi kita hanya diperintahkan untuk bertawakkal atau berserah diri kepada-Nya. Bukan tugas kita untuk menyelidiki perkara yang ghaib itu, tugas kita hanyalah untuk menyembah akan Dia dan kemudian memakmurkan muka bumi dengan kebaikan-kebaikan.

Menyelidiki perkara-perkara yang ghaib itu telah membukakan pintu kemaksiatan, karena perbuatan seperti itu telah membuka jalan kearah pembatalan iman. Karena manusia jika berkeinginan untuk mengetahui perkara yang ghaib itu mereka lebih cenderung untuk mendatangi para dukun atau bomoh, para ahli nujum, para cerdik pandai dalam urusan metafisik, walaupun pada hakikatnya apa yang mereka sampaikan itu senantiasa salah, seandainya betul juga ramalan itu maka itulah yang dikatakan kebetulan secara mengejut(suddenly).

Pepatah Arab mengatakan :

“Para ahli nujum itu merekalah pembohong, walaupun (ramalan) mereka “bertembung” dengan kebenaran”.

Karena tidaklah yang mengetahui perkara yang ghaib itu melainkan Allah swt. Orang-orang yang lurus imannya tidaklah akan mendatangi para dukun dan ahli nujum itu melainkan mereka yang telah rosak dan lemah keimanannya.


Sikap orang yang beriman terhadap perkara ghaib

Sebagai tanda sempurnya keimanan seorang hamba, maka dia berserah diri kepada tuhannya, dia tidak menjadikan hatinya sebagai permainan pada penilik nasib itu, mereka tidak gelisah dan mereka tidaklah khawatir akan nasib mereka, karena mereka meyakini diri ini milik-Nya, hari ini milik-Nya, dan yang akan mendatang juga milik-Nya. Dia bergembira karena ada yang menjamin hari-harinya, dia berbahagia karena ada yang menyayanginya, dia berpuas hati dengan kehidupannya karena dia menyadari hanya Allah swt yang mengetahui segalanya, maka diapun berkata sambil menyebut “seuntai” ayat tuhannya :

(وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْماً عَلَى اللّهِ تَوَكَّلْنَا) (الأعراف : 89 )

“Pengetahuan Tuhan Kami meliputi segala sesuatu, kepada Allah sajalah kami bertawakkal”. (Q.S. Al-A’raf : 89)

Sikapnya ditengah masyarakat yang sibuk menilik nasibnya, sikapnya ditengah para rekan yang sibuk menghitung harinya, sikapnya ditengah para sahabat yang sibuk mencari bintangnya, sikapnya ditengah para kerabat yang sibuk mendatangi dukunnya. Bagaimana sikapnya? Bagaimana perangainya? Bagaimana akhlaknya? Bagaimana jalan yang ditempuh olehnya? Sikapnya seperti yang dijelaskan didalam firman berikut :

(فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُلْ حَسْبِيَ اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ) (التوبة : 129 )

“Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (Q.S. Al-Taubah : 129)


(قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ) (الملك : 29 )

“Katakanlah: "Dia-lah Allah yang Maha Penyayang Kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah Kami bertawakkal. kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata". (Q.S. Al-Mulk : 29)

Para ulama dari mazhab apapun bersepakat bahwa meyakini rasi bintang, tilik nasib apapun caranya adalah perbuatan syirik dan satu kemungkaran.



Wassalamualaikum wR wB


Masyhuri Masud
IIUM (MIRKH Quran Sunnah)

No comments:

Post a Comment