Saturday, July 25, 2009

MALU

Bismillahirrahmanirrahiim,

Assalamualaikum wR wB.

SUBHANALLAH !!!

Rasulullah saw bersabda :

عن عمران بن حصين ، يحدث عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : " الحياء لا يأتي إلا بخير ".

Maksudnya :

Daripada Umran bin Hushain ra, belaiu menceritakan daripara rasulullah saw bahwa beliau bersabda :
“(Sifat) malu tidak datang kepadanya melainkan kebaikan”.
(HR. Bukhari dan Muslim)

Malu merupakan sifat semula jadi atau fitrah manusia, tanpa malu maka tidaklah manusia itu dikatakan manusia. Bahkan perasaan malu itu juga yang telah memuliakan manusia sehingga dia dapat menepati kemanusiaannya.

Ketika nabi abuna Adam dan ummuna Hawa (alaihimassalam) dikeluarkan dari surga Allah swt dengan tanpa sehelai benangpun yang melekat dikulit mereka, maka mereka sambil menangis tersedu sedan sambil menutupi tubuh-tubuh mereka dengan daun-daun kayu surga, mereka menangis malu kepada Allah swt dan malu melihat keadaan masing-masing yang tidak berpakaian. Padahal pada saat itu tidak ada orang laing selain mereka berdua.

Pada saat ini perasaan malu sudah semakin jarang kita jumpai dari kehidupan masyarakat kita. Semua orang inginkan rasa malu itu dihilangkan dari diri masing-masing walaupun pada hakikatnya “sifat” itu merupakan “titisan” Allah swt agar umat manusia hidup menjadi cantik, indah dan harmonis.

Didalam kitab “Sejarah Pemikiran” dijelaskan bahwa pemuka-pemuka Yahudi -yang senantiasa menaruh hasad dengki terhadap umat nabi Muhammad saw- berpendapat, perasaan malu merupakan penyakit yang harus disembuhkan, dalam artikata yang lain orang yang pemalu sedang mengalami gangguan kejiwaan. Propaganda jahat ini dibesar-besarkan sehingga maysarakat dan para orang tua merasa khawatir dengan keadaan mereka dan anak-anak mereka yang tidak berani bertegursapa dengan lawan jenis.

Untuk –kononnya- menghilangkan atau menyembuhkan “sakit jiwa” tadi maka Yahudi yang hasad itu mendirikan sekolah-sekolah yang kononnya mendidik anak-anak untuk dapat mengatasi perasaan malu dari diri masing-masing. Diantara aktifitas-aktifitas yang dilakukan disekolah tersebut digambarkan sebagai berikut : “pengobatan” dimulai dengan sebuah permainan, murid-murid ditutup mata mereka dengan sehelai kain, kemudian murid laki-laki yang telah ditutup mata itu diminta untuk meraba tubuh murid perempuan, main raba-raba ini dimulai dari meraba bagian kepala hinggalah kekaki sambil menyebut nama apa yang diraba, demikian pula sebaliknya perempuan meraba tubuh murid lelaki, dengan menyebut nama apa yang diraba. Dari permainan ini, tentulah saudara dapat bayangkan, betapa menyeronokkan permainan “bullshit” ini bukan? Hasil dari permainan tutup mata dan meraba-raba ini sangat mujarab, anak-anak yang tadinya malu untuk bertegursapa dengan lawan jenisnya kini jadi berani bertegursapa, jadi berani dating, jadi berani keluar malam bersama. Selanjutnya para wanita yang tadi tertutup auratnya dan karena besar “rasa” malunya namun kini, mereka sangat terbuka, terbuka segala-galanya.

Hasil akhir dari permainan tadi dapat kita rasakan hari ini seperti didesignnya pakaian You Can See, pakaian renang, sekolah-sekolah, drama-drama, cari bakat, AF, pilih kasih, gang stars, idol-idol dan berbagai program-program yang melibatkan antara lelaki dan perempuan bercampur yang ujung-ujungnya membuahkan istilah free sex, semua itu bukan satu perkara yang memalukan lagi. Bahkan dikatakan tidak modern kalau tidak ada boyfriend ataupun girlfriend. Bahkan di barat kini sudah membekalkan satu “condom” untuk anak-anak mereka yang mula berkenalan dengan lawan jenis. Ini disebut sebagai “Human Right” juga ya?!!!

Padahal “malu” adalah mahkota terindah yang semestinya wajib dijaga oleh setiap manusia yang “berakal”. Tanpa rasa malu maka hancurlah manusia dan kemanusiaan yang memegang amanah yang tertinggi sebagai ”Khalifah Allah” atau wakil Allah swt di muka bumi.

Allah swt berfirman didalam surah al-Nur ayat ke 30 -31 :

(قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ) (النور : 30 ) (وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاء بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاء بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُوْلِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاء وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ) (النور : 31 )

Maksudnya :

“Katakanlah (Wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki Yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang Yang haram), dan memelihara kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka; Sesungguhnya Allah amat mendalam pengetahuannya tentang apa Yang mereka kerjakan. Dan Katakanlah kepada perempuan-perempuan Yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang Yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali Yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya Dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka Yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka Yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki Yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak Yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa Yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Wahai orang-orang Yang beriman, supaya kamu berjaya”. (Q.S. Al-Nur : 30 -31)

Kalau kita hendak mengamati dan merenungkan, cukuplah kita katakan bahwa segala perbuatan biadab, keji ataupun berbagai ragam maksiat yang ada ditengah-tengah masyarakat saat ini bermula dari tipisnya atau hilangnya rasa malu itu. Maka Rasulullah saw telah berpesan kepada umat ini agar senantiasa menjaga perasaan malu itu serta menyuburkankannya didalam sanubari setiap insan, karena yang demikian itulah kedamaian, kebahagiaan, keindahan, keharmonisan hidup antara sesama insan bahkan antara sesama makhluk Allah swt akan terlaksana.

Rasulullah saw bersabda :

عن أبي مسعود ، قال النبي صلى الله عليه وسلم : " إن مما أدرك الناس من كلام النبوة ، إذا لم تستحي فاصنع ما شئت "

Yang bermaksud :

Daripada Abu Masud, Rasulullah saw telah bersabda : Sesungguhnya dari apa-apa yang diketahui oleh manusia dari perkataan para nabi, JIKA KAMU TIDAK MALU MAKA LAKUKAN APA YANG KAMU MAU”. (HR. Bukhari)

Didalam hadis yang lain Rasulullah saw bersabda :

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " دعه ، فإن الحياء من"

Maksudnya :

Daripada Abdullah bin Umar ra, Rasulullah saw telah bersabda :
“Biarkan dia, karena sesungguhnya malu itu sebagian dari Iman”.
(HR. Bukhari)

Hadis ini menggambarkan bahwa tidak sempurna keimanan ini, jika tidak ada rasa malu pada diri insan yang beriman. Dalam arti kata yang lain hendaklah seorang yang beriman itu memiliki rasa malu yang dengan perasaan malu itu menjadi sempurnanya iman.

Mari kita ambil sebuah permisalan, disana ada saudara kita gemar meminum arak, disana ada saudara kita yang gemar memaki hamun, disana lagi ada yang gemar berjudi, makan riba, makan rasuah (sogok), berbohong, berzina, membunuh, tidak solat dan berbagai ragam maksiat lainnya.

Anda, ya anda dan bukan orang lain, sekali lagi yang saya maksud adalah anda sendiri.
Jika anda melihat perbuatan diatas dilakukan oleh seorang yang bergama Islam, maka apa yang anda rasakan? Perasaan apa yang terbit disanubarimu? Tentu anda akan merasakan marah bukan? Anda akan merasa dipermainkan bukan? Saya juga yakin anda akan mengatakan “TIDAK MALU” atau anda akan mengatakan “DIA TIDAK LAYAK JADI ORANG YANG BERIMAN”. Maka benarlah bahwa malu itu menunjukkan ciri-ciri keimanan, dalam artian lain tidak ada malu tidaklah beriman.

Untuk ini, malu itu indah, untuk ini, malu itu anugerah, untuk ini, malu itu rahmah, untuk ini, malu itu maruah, untuk ini, malu itu semaikanlah, untuk ini, malu itu jagalah, untuk ini, malu itu suburkanlah. Dengan yang demikian itu berbahagialah, isnya Allah.

Wassalamu’alaikum wR wB


Masyhuri Masud
IIUM (MIRKH Quran Sunnah)

No comments:

Post a Comment